Siang tadi, saat matahari sedang semangat-semangatnya memancarkan energi ke seluruh pelosok bumi, saya pun juga bersemangat menuju kawasan Jakarta Utara, dan tujuan kali ini adalah Kota Tua. Dengan berbusway ria yang murah meriah dan sangat padat penumpangnya saya menuju kawasan wisata ini.
Panas, mungkin itu kesan pertama saat saya sampai pada kawasan wisata ini, tidak usah heran karena tempat ini memang sangat dekat dengan laut, pelabuhan sunda kelapa pun hanya berjarak beberapa kilometer dari sini.
Kota ini benar-benar tua,eh maksudnya bangunan-bangunan di sekitar kawasan ini memang terlihat sebagai bangunan tua peninggalan jaman penjajahan pada tahun 1800an.
Di paling depan dekat dengan halte busway saya sudah disambut oleh musium Mandiri, ntah isinya apa saya tidak sempat mampir kesini. Berdiri di samping musium Mandiri, ada musium Bank Indonesia,sayapun tidak sempat masuk ke musium ini, karena tujuan utama saya adalah musium yang di depannya ada meriemnya (hahahaha,,karena meriem ini yang sering saya lihat di foto2 teman saya).
Musium Bank Indonesia |
Setelah menyebrang jalan sampailah saya di jalan (yang gambarannya mirip dengan daerah Braga di Bandung) dimana di kanan kiri banyak bangunan tua yang dipakai untuk cafe, bar dan juga pelukis-pelukis jalanan beberapa tukang foto juga mangkal di tempat ini.
Dan sampailah saya di bangunan yang sangat familiar (karena saya sering lihat foto-foto bangunan ini di dunia maya), inilah Musium Fatahillah atau di sebut juga balai kota dan yang pasti di depannya bertengger dengan cantik masing - masing 2 meriam tua di sisi kanan dan kirinya.
Pelataran depan kota tua |
Pelataran depan musium ini sangat ramai, banyak sekali orang berjualan dan tak jarang berseliweran sepeda - sepeda tua dan si pengemudianya pun lengkap memakai topi lebar ala noni - noni belanda jaman dulu.
Dan sayapun tak lupa untuk berfose disini.
Foto di meriam tujuan utama saya :) |
Tiket masuk ke Musium ini cukup murah, yaitu Rp 2000,- untuk dewasa dan Rp 1000,- untuk anak-anak. Bangunan dua lantai ini menyuguhkan piranti-piranti peninggalan jaman pendudukan Belanda di Indonesia, lukisan, patung, prasasti, perabot rumah tangga bahkan gerobak ala tukang bakso jaman sekarangpun juga ada (mungkin kenapa tukang bakso selalu berjualan pakai gerobak, karena dari jaman dahulu memang gerobak sudah menjadi sarana penjualan).
Nah sampailah saya di pelataran belakang, cukup teduh, jauh lebih sejuk dibanding di pelataran depan. Dari pelataran belakang ini kita bisa masuk ke penjara bawah tanah yang sangat sempit,gelap,lembab dan disitu banyak batu-batu yang beratnya ntah berpa puluh kilo konon katanya batu - batu itu digunakan untuk mengikat kaki para tawanan agar mereka tidak melarikan diri, Pangeran Diponegoro juga pernah ditawan di penjara ini.
Di belakang saya inilah penjara bawah tanah berada |
Nah setelah kaki kerasa capek dan pegal - pegal sayapun beristirahat di bangku yang memang banyak di sediakan di pelataran belakang ini. Badan yang sedikit capek,pohon yang rindang dan angin yang sepoi - sepoi membuat mata saya tiba - tiba mengantuk (hahahahah), dan tiba - tiba ada yang membuat mata saya langsung terbuka (ini rada' lebay), saya melihat penjual kerak telor disana (terakhir makan kerak telor waktu masih di Bandung) dan sayapun memesannya harganya cukup terjangkau (karena saya gak tau berapa harga kerak telor di pasaran klo harga premium saya tahu.....>> mlai ngaco). Di sebelah penjual kerak telor, ada juga penjual es.. (saya lupa nama es-nya, pokoknya minuman khas betawi juga) tapi saya tidak membelinya, saya memang paling anti minum es di tempat - tempat umum seperti ini,kalo haus paling aman saya minum A*ua (Sedikit ngiklan).
Setelah capek berkeliling musium, akhirnya saya keluar dan berkeliling di pelataran depan, penasaran yang dijual disitu apa aja. Dan saya pun iseng bertanya pada mas-mas penyewaan sepeda, nanya berapa harga sewanya ternyata untuk sepeda tua yang single rider (wuitts keren banget ya bahasanya) maksudnya yang bukan tandem Rp 20.000/jam, sedangkan yang tandem seharga Rp 20.000/30 menit. Karena saya cuma iseng, ya saya langsung permisi pergi ke mas-mas itu.
Ternyata yang di jajakan disitu bermuacam-macam, disitu juga banyak di gelar atraksi-atraksi untuk menarik para penonton dan pembeli (kalo yang kayak gini saya rada males ngliatnya heheheh).
Hari sudah beranjak sore, energi matahari yang dikirim ke bumipun juga mulai berangsur - angsur menipis untuk hari ini, begitu pula dengan energi saya.
Saya susuri kembali jalanan pas saya datang tadi, dan ada satu hal yang menarik di depan jalanan itu yang waktu saya datang luput dari penglihatan saya, yaitu Map, ya peta yang menjelaskan kawasan wisata kota tua ini (hdeeehh ini dah mo pulang baru liat peta hahhaah).
Map kawasan kota tua |
Ok, ini cerita saya kali ini tunggu cerita saya ke tempat- tempat wisata selanjutnya yaaa...^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar